METODOLOGI PENELITIAN MATEMATIKA
PROPOSAL PENELITIAN
MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KOOPERATIF TIPE NHT PADA POKOK
BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV), UNTUK SISWA KELAS VIIIA
SMP ....................................
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metodologi
Penelitian, Pendidikan & Pengajaran Matematika
Oleh:
Mery Pristianingrum
NIM 2410.063
PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
B.
Identifikasi masalah
C.
Identitikasi pemecahan masalah
D.
Rumusan masalah
E.
Tujuan penelitian
F.
Manfaat penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Kajian pustaka
1. Pengertian
belajar
2. Pengertian
matematika
3. Prestasi
belajar matematika
4. Model
pembelajaran kooperatif tipe NHT
B.
Kerangka berpikir
C.
Hipotesis
BAB III METODE
PENELITIAN
A.
Jenis penelitian
B.
Subjek penelitian
C.
Faktor yang diselidiki
D.
Instrumen penelitian
E.
Prosedur penelitian
F.
Teknik pengumpulan data
G.
Indikator keberhasilan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia
yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui
pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses
pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi akan selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar.
Mengingat peran pendidikan tersebut, maka sudah seharusnya aspek
ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya
masyarakat Indonesia yang berkualitas. Matematika sebagai salah satu mata
pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk
siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir
untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Karena itu, perlu adanya
peningkatan mutu pendidikan matematika. Salah satu hal yang harus diperhatikan
adalah peningkatan prestasi belajar matematika siswa di sekolah.
Keberhasilan program pendidikan
melalui proses belajar mengajar di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : siswa, kurikulum, tenaga
kependidikan, biaya, sarana dan prasarana serta faktor lingkungan. Apabila
faktor-faktor tersebut dapat terpenuhi sudah tentu akan memperlancar proses
belajar-mengajar, yang akan menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal
yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar yang
bervariasi. Artinya dalam penggunaan metode mengajar tidak harus sama untuk
semua pokok bahasan, sebab dapat terjadi bahwa suatu metode mengajar tertentu
cocok untuk satu pokok bahasan tetapi tidak untuk pokok bahasan yang lain.
Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi matematika masih
tergolong rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain. Kondisi
seperti ini terjadi pada SMP.............................. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru matematika yang mengajar di kelas VIII, bahwa penguasaan materi matematika oleh siswa masih tergolong rendah. Salah
satu materi matematika yang penguasaan siswa rendah adalah pada pokok bahasan
sistem persamaan linear dua variabel, di mana
pada materi tersebut banyak siswa yang belum bisa menentukan cara yang mudah
dalam menyelesaikan suatu sistem persamaan linear dua variabel dari beberapa cara yang ada, siswa juga kurang bisa menyatakan suatu
bentuk model matematika dari soal cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear dua peubah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar
matematika siswa pada semester I tahun 2011/2012 sebesar 5,74 dan pada
semester II tahun 2011/2012 sebesar 4,76. Rendahnya
hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya
adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hasil observasi awal yang
dilakukan oleh peneliti pada SMP
.................................. menunjukan
bahwa pembelajaran matematika di sekolah tersebut masih menggunakan model
pembelajaran konvensional yakni
suatu model pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru, sementara siswa
duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini
diduga merupakan salah satu penyebab terhambatnya kreativitas dan kemandirian
siswa sehingga menurunkan prestasi belajar matematika siswa.
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran
yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna
meningkatkan prestasi belajar matematika disetiap jenjang pendidikan. Salah
satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan
pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari matematika tidak cukup hanya
mengetahui dan menghafal konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu
pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan
benar. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya,
saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya
yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk
mengkaji dan menguasai materi pelajaran matematika sehingga nantinya akan
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Model pembelajaran kooperatif
terdiri dari empat pendekatan yaitu: STAD (Student Teams Achievement
Division), Jigsaw, IK (Investigasi Kelompok), dan pendekatan struktural.
Pendekatan struktural terdiri dari dua tipe yaitu tipe Think Pair Share dan
tipeNumbered Heads Together (NHT). Melihat penguasaan siswa
terhadap materi matematika khususnya pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel, maka dalam penelitian ini model pembelajaran yang dipilih adalah model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), karena
pada model ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran
dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya penomoran
sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan
bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing. Dengan pemilihan model
ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi
kesan yang kuat kepada siswa.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu
penelitian yang berjudul : “Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa Kelas VIIIA SMP
............................. pada pokok
bahasan sistem persamaan linear dua variabel melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT”.
B. Identifikasi Masalah
1.
Peserta
didik kurang antusias untuk belajar dan lebih cenderung menerima apa saja yang
disampaikan oleh guru.
2.
Model
pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional.
3.
Rendahnya
hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika.
4.
Pembelajaran
yang dilakukan belum efektif.
C. Identifikasi Pemecahan Masalah
Masalah tentang rendahnya hasil belajar matematika pada siswa Kelas VIIIA SMP ................................. akan dipecahkan melalui penerapan pembelajaran kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) yang
dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan kelas.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”apakah hasil belajar matematika dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada siswa Kelas VIIIA SMP
.........................?”.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan proses pembelajaran di kelas dan untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa VIIIA SMP ......................... khususnya pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat :
1.
Bagi guru,
dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran di kelas.
2.
Bagi siswa,
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa khususnya pada pokok
bahasan sistem persamaan linear dua variabel.
3.
Bagi penulis, sebagai latihan bagi penulis dalam usaha menyatukan serta menyusun buah
pikiran secara tertulis dan sistematis dalam bentuk karya ilmiah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar
Belajar (Thursan hakim, 2012: 1)
adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan keceakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir dan lain – lain kemampuan.
Belajar merupakan salah satu aktifitas yang sangat penting bagi manusia. Pertanyaan yang sering muncul, mengapa
manusia harus belajar? Didunia ini tidak ada manusia yang dilahirkan memiliki
potensi ilmu pengetahuan yang tinggi. Jika bayi yang baru lahir tidak mendapatkan bantuan dari manusia lain melalui belajar niscaya ia tidak
dapat berbuat apa-apa, ia tidak akan beranjak pada usia dewasa. Oleh karena
itu, manusia selalu dan senantiasa kapan dan di manapun ia berada harus
belajar.
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka proses belajar memegang peranan
penting. Kegiatan belajar yang terus menerus memberikan pengaruh terhadap
terbentuknya kemampuan, pemahaman, kecakapan, serta aspek lain yang dapat
berkembang kearah yang lebih baik yakni untuk memiliki ilmu pengetahuan yang lebih luas. Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian belajar, dapat dilihat
dari beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai
berikut:
Chaplin (Ilhamsyah, 2009) mendefinisikan belajar sebagai (1) perolehan dari sebarang perubahan yang
relatif permanen dalam tingkah laku, sebagai hasil dari praktek atau hasil
pengalaman, (2) proses mendapatkan reaksi-reaksi, sebagai hasil dari praktek
dan latihan khusus. Hal yang sama dikemukakan oleh James O.
Whittaker (Ahmadi, 2003:126) belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa kemudian bagaimana
informasi itu diproses dalam pikiran siswa. Berdasarkan suatu teori belajar,
diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa sebagai hasil
belajar. Gagne (Ardiansyah, 2008:9)
menyatakan bahwa untuk terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi
belajar, baik kondisi internal maupun kondisi external. Kondisi internal
merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar yang terdahulu.
Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam
suatu pembelajaran. Ini bertujuan antara lain merangsang ingatan baru,
memberikan kesempatan kepada siswa menghubungkan pengetahuan yang telah ada
dengan informasi yang baru.
Hamalik (Haling, 2004: 1) menyatakan
bahwa belajar adalah suatu perkembangan dari seseorang yang
dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman
dan latihan.
Selanjutnya Winkel (1989: 15)
mengemukakan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu proses siklus yang
berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang bersifat
menetap/ konstan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan
bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang dilakukan secara keseluruhan
dengan kesadaran untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman baru yang ditandai
dengan perubahan tingkah laku. Karenanya dapat dikatakan bahwa jika setelah
belajar tidak terjadi perubahan belajar pada diri yang bersangkutan, maka
tidaklah dapat dikatakan padanya terjadi proses belajar.
2. Pengertian Matematika
Matematika (dari bahasa
Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká)
adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode
deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.
Untuk mendefinisikan matematika sangatlah sulit,tidak ada definisi
matematika yang diterima secara mutlak. Cabang - cabang
matematika makin lama makin bertambah. Sampai saat ini, diantara para ahli
matematika belum ada kesepakatan yang bulat tentang defenisi matematika. Namun
demikian para ahli berusaha memberikan gambaran tentang hakekat matematika
termasuk cara pencarian kebenaran dan cara berfikir matematika.
Menurut Dikmenum (Tukiran, 2010: 66)
matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika merupaka salah satu
kekuatan utama pembentuk konsepsi tentang alam, serta hakekat dan tujuan
manusia dalam kehidupan
Matematika itu tidaklah konkrit, tetapi abstrak. Matematika itu
tidak hanya berkaitan dengan bilangan beserta operasi - operasinya
tetapi berhubungan pula dengan unsur-unsur lainnya. Matematika tidak dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan kuantitas karena dalam
geometri kuantitas kurang mendapat penekanan dibandingkan dengan kedudukannya. Maka yang
disepakati hanyalah karakteristiknya.
Hal ini menunjukkan bahwa sasaran matematika lebih
dititik beratkan pada ide - ide atau konsep - konsep, teori - teori dan
hubungan - hubungan yang diatur secara logis sehingga menimbulkan keterkaitan
dengan konsep - konsep abstrak. Matematika
merupakan ilmu yang sangat
bermanfaat dalam kehidupan sehari - hari,
walaupun manfaatnya tidak nampak secara konkrit. Tetapi seiring dengan
berjalannya waktu akhirnya masyarakat sadar bahwa kehidupan sehari-hari tidak
lepas dari matematika.
3. Prestasi Belajar Matematika
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 895) prestasi diartikan sebagai
yang telah dicapai (telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Menurut Arifin
(1991: 3), prestasi berarti hasil usaha. Dalam hubungannya dengan usaha
belajar, prestasi berarti hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar pada kurun waktu tertentu. Prestasi belajar siswa
mampu memperlihatkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman
dalam bidang ketrampilan, nilai dan sikap.
Poerwadarminta, (1974: 769)
mendefinisikan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang
dalam suatu usaha yang dilakukan atau dikerjakan. Defenisi di atas sejalan
dengan pendapat Winkel (1986: 102) yang menyatakan bahwa prestasi adalah bukti
usaha yang dicapai.
Istilah prestasi selalu digunakan dalam mengetahui keberhasilan belajar
siswa di sekolah. Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukan hasil
yang tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam
mengerjakan sesuatu pada saat tertentu. Prestasi belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstren.
Faktor intern merupakan factor - faktor yang
berasal atau bersumber dari siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstern
merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar peserta didik. Faktor
intern meliputi prasyarat belajar, yakni pengetahuan yang sudah dimiliki oleh
siswa sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, keterampilan belajar yang
dimiliki oleh siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti
mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok mempersiapkan
ujian, menindaklanjuti hasil ujian dan mencari sumber belajar, kondisi pribadi
siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, cita-cita, dan hubungannya
dengan orang lain. Faktor ekstern antara lain meliputi proses belajar mengajar,
sarana belajar yang dimiliki, lingkungan belajar, dan kondisi sosial ekonomi
keluarga.
Dalam beberapa pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang telah dicapai oleh
seseorang sedang prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang
setelah melakukan kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran hasil belajar siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar dan merupakan interaksi antara
beberapa factor.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Konsep pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) bukanlah suatu konsep baru, melainkan telah
dikenal sejak zaman Yunani kuno. Pada awal abad pertama, seorang filosofi
berpendapat bahwa agar seseorang belajar harus memiliki pasangan. Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama,
yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Johnson dalam Ismail, 2002: 12).
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan
adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok
kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam
hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni
mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen (Ibrahim, 2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah
bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak
dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
Ø Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan
untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
Ø Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
latar belakang.
Ø Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (1993)
dengan tiga langkah yaitu :
1.
Pembentukan kelompok
2.
Diskusi masalah
3.
Tukar jawaban aantar kelompok
Langkah - langkah
tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1.
Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan
pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2.
Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada
setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,
suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3.
Tiap kelompok harus memiliki buku pakat atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus
memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan
LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4.
Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada
setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap
siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan
yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat
spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5.
Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan
para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6.
Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada
model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah
yang dikemukakan oleh Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain
adalah:
1.
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2.
Memperbaiki kehadiran
3.
Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4.
Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5.
Konflik antara pribadi berkurang
6.
Pemahaman yang lebih mendalam
7.
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8.
Hasil belajar lebih tinggi
B. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran
matematika, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan
menerapkan berbagai model pembelajaran.
Dalam pembelajaran matematika, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh
guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang diajarkan, karena melihat kondisi siswa yang
mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam
menerima materi pelajaran yang disajikan guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya serap cepat dan ada
pula siswa yang mempunyai daya tanggap yang lama.
Menyikapi kenyataan ini,
penulis menilai perlu digunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT,
yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 - 6 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang beragam,
ada yang pintar, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya kurang.
Kemudian setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan
masalah atau soal dalam kelompoknya dan diberikan kebebasan mengeluarkan
pendapat tanpa merasa takut salah. Oleh karena itu tidak tampak lagi mana siswa
yang unggul karena semuanya berbaur dalam satu kelompok dan sama-sama
bertanggung jawab terhadap kelompoknya tersebut. Dengan demikian, untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelasVIIIA SMP
.................. khususnya pada pokok bahasan
sistem persamaan linear dua variabel, guru perlu
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok
bahasan tersebut karena daya serap siswa dalam menerima materi pada pokok
bahasan sistem persamaan linear dua variabel tidak sama dan diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama terhadap materi
sistem persamaan linear dua variabel dan pada
akhirnya prestasi belajar siswa akan lebih baik.
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
“Dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)
prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear
dua variabel siswa kelas VIIIA SMP ..................... dapat ditingkatkan”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Tindakan
yang diberikan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together) dengan tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIIIA SMP .................... pada Semester I (ganjil) dengan jumlah 35 orang.
C. Faktor yang Diselidiki
Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Faktor Input
yaitu kehadiran siswa yang menjadi subjek penelitian.
2.
Faktor proses yaitu
aktifitas yang terjadi selama porses pembelajaran berlangsung, yang meliputi:
a.
Siswa yang
bertanya materi pelajaran yang belum dimengerti
b.
Siswa yang
menjawab pertanyaan lisan guru
c.
Siswa yang
menyelesaikan soal di papan tulis
d.
Siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah
e.
Siswa yang aktif pada saat kerja kelompok
f.
Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat kerja
kelompok
g.
Siswa yang
memberi tanggapan terhadap presentase dari kelompok lain
3.
Faktor output
yaitu hasil belajar matematika siswa yang diperoleh pada setiap akhir pembelajaran, setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.
Lembar
observasi, untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas.
b.
Tes hasil
belajar, untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c.
Jurnal
refleksi diri, untuk memperoleh data tentang refleksi diri.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini, direncanakan terdiri dari 3 siklus.
Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa
yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai
berikut:
1.
Tahapan kegiatan awal
a.
Observasi awal
b.
Tes awal:
untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami konsep persamaan linear
dua variabel sebelum diadakan tindakan, yang nantinya digunakan sebagai nilai awal yang
diperlukan dalam pembagian kelompok melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Di samping itu, diperlukan dalam pengolahan nilai peningkatan prestasi belajar
siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2.
Perencanaan,
adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:
a.
Membuat skenario pembelajaran.
b.
Membuat
lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas ketika model pembelajaran kooperatif tipe NHT diaplikasikan.
c.
Mendesain
alat evaluasi untuk melihat apakah materi matematika telah dikuasai oleh siswa.
d.
Membuat
jurnal refleksi diri.
3.
Pelaksanaan
tindakan, kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat.
4.
Observasi/evaluasi,
pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan serta
melakukan evaluasi.
5.
Refleksi
hasil yang diperoleh dalam tahap observasi/evaluasi dikumpulkan serta
dianalisis dalam tahap ini. Kelemahan-kelemahan/ kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
a.
Sumber data:
sumber data dalam penelitian ini adalah personil penelitian yang terdiri
dari siswa dan guru.
b.
Jenis data:
jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif diperoleh dengan alat evaluasi lembar observasi, jurnal
refleksi diri dan data kuantitatif diperoleh dengan alat evaluasi hasil belajar.
c.
Cara pengambilan data
Data tentang
pelaksanaan pembelajaran serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas,
diambil berdasarkan pengamatan langsung dengan menggunakan lembar observasi dan
jurnal refleksi diri. Dan data tentang
hasil belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar.
G. Teknik Analisis Data
Data tentang hasil pengamatan mengenai perubahan sikap siswa dianalisis
secara kualitatif sedangkan data mengenai hasil belajar siswa dianalisis secara
kuantitatif. Data hasil belajar yang diperoleh dikategorikan berdasarkan teknik
kategori standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Martini, 2005:27).
Kategorisasi tersebut adalah:
1.
Nilai 0 - 34 : dikategorikan
“sangat rendah”
2.
Nilai 35 - 54 : dikategorikan
“rendah”
3.
Nilai 55 - 64 : dikategorikan
“sedang”
4.
Nilai 65 - 84 : dikategorikan
“tinggi”
5.
Nilai 85 - 100 : dikategorikan
“sangat tinggi”
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya
peningkatan hasil belajar siswa, yang ditinjau dari hasil tes setiap akhir
siklus yakni bila skor rata-rata kemampuan memecahkan masalah matematika siswa
mengalami peningkatan.
Indikator keberhasilan penelitian
tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar siswa dari setiap
siklus yang ditinjau dari hasil tes setiap akhir siklus mengalami peningkatan
skor rata-rata pada siswa kelas VIIIA SMP
...................................... setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
DAFTAR PUSTAKA
Andi Rusdi.
2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Di download:http://anrusmath.wordpress.com/2009/11/10/pengembangan
Ariyanto, dkk. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Kooperatif. Di
download: eprints.ums.ac.id/386/1/5._NINING_S.pdf –
Yusuf, Ahmad. 2006. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas 1 MA. Di download: www.damandiri.or.idfileyusufuns
Tidak ada komentar:
Posting Komentar