Sabtu, 19 Januari 2013


METODOLOGI PENELITIAN MATEMATIKA
PROPOSAL PENELITIAN

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KOOPERATIF TIPE NHT PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV), UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMP ....................................
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metodologi Penelitian, Pendidikan & Pengajaran Matematika

Oleh:
Mery Pristianingrum
NIM 2410.063


PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 
BAB I PENDAHULUAN 
A.    Latar belakang 
B.     Identifikasi masalah
C.     Identitikasi pemecahan masalah
D.    Rumusan masalah
E.     Tujuan penelitian
F.      Manfaat penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A.    Kajian pustaka
1.      Pengertian belajar
2.      Pengertian matematika
3.      Prestasi belajar matematika
4.      Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
B.     Kerangka berpikir
C.     Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Jenis penelitian
B.     Subjek penelitian
C.     Faktor yang diselidiki
D.    Instrumen penelitian
E.     Prosedur penelitian
F.      Teknik pengumpulan data
G.    Indikator keberhasilan
DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi akan selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar.
Mengingat peran pendidikan tersebut, maka sudah seharusnya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan matematika. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah peningkatan prestasi belajar matematika siswa di sekolah.
Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, biaya, sarana dan prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat terpenuhi sudah tentu akan memperlancar proses belajar-mengajar, yang akan menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar yang bervariasi. Artinya dalam penggunaan metode mengajar tidak harus sama untuk semua pokok bahasan, sebab dapat terjadi bahwa suatu metode mengajar tertentu cocok untuk satu pokok bahasan tetapi tidak untuk pokok bahasan yang lain. Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi matematika masih tergolong rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain. Kondisi seperti ini terjadi pada SMP.............................. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika yang mengajar di kelas VIII, bahwa penguasaan materi matematika oleh siswa masih tergolong rendah. Salah satu materi matematika yang penguasaan siswa rendah adalah pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel, di mana pada materi tersebut banyak siswa yang belum bisa menentukan cara yang mudah dalam menyelesaikan suatu sistem persamaan linear dua variabel dari beberapa cara yang ada, siswa juga kurang bisa menyatakan suatu bentuk model matematika dari soal cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua peubah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar matematika siswa pada semester I tahun 2011/2012 sebesar 5,74 dan pada semester II tahun 2011/2012 sebesar 4,76. Rendahnya hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada SMP .................................. menunjukan bahwa pembelajaran matematika di sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran konvensional yakni suatu model pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini diduga merupakan salah satu penyebab terhambatnya kreativitas dan kemandirian siswa sehingga menurunkan prestasi belajar matematika siswa.
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan prestasi belajar matematika disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai materi pelajaran matematika sehingga nantinya akan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari empat pendekatan yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division), Jigsaw, IK (Investigasi Kelompok), dan pendekatan struktural. Pendekatan struktural terdiri dari dua tipe yaitu tipe Think Pair Share dan tipeNumbered Heads Together (NHT). Melihat penguasaan siswa terhadap materi matematika khususnya pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel, maka dalam penelitian ini model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), karena pada model ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya penomoran sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing. Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul : “Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa Kelas VIIIA SMP ............................. pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT”.
B.     Identifikasi Masalah
1.      Peserta didik kurang antusias untuk belajar dan lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru.
2.      Model pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional.
3.      Rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika.
4.      Pembelajaran yang dilakukan belum efektif.
C.    Identifikasi Pemecahan Masalah
Masalah tentang rendahnya hasil belajar matematika pada siswa Kelas VIIIA SMP ................................. akan dipecahkan melalui penerapan pembelajaran kooperatif  Tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan kelas.
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”apakah hasil belajar matematika dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada siswa Kelas VIIIA SMP .........................?”.
E.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan proses pembelajaran di kelas dan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa VIIIA SMP ......................... khususnya pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
F.     Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat :
1.      Bagi guru, dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran di kelas.
2.      Bagi siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa khususnya pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.
3.      Bagi penulis, sebagai latihan bagi penulis dalam usaha menyatukan serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis dalam bentuk karya ilmiah.


BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Kajian Pustaka
1.      Pengertian Belajar
Belajar (Thursan hakim, 2012: 1) adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan keceakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain – lain kemampuan.   
Belajar merupakan salah satu aktifitas yang sangat penting bagi manusia. Pertanyaan yang sering muncul, mengapa manusia harus belajar? Didunia ini tidak ada manusia yang dilahirkan memiliki potensi ilmu pengetahuan yang tinggi. Jika bayi yang baru lahir tidak mendapatkan bantuan dari manusia lain melalui belajar niscaya ia tidak dapat berbuat apa-apa, ia tidak akan beranjak pada usia dewasa. Oleh karena itu, manusia selalu dan senantiasa kapan dan di manapun ia berada harus belajar.
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka proses belajar memegang peranan penting. Kegiatan belajar yang terus menerus memberikan pengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, pemahaman, kecakapan, serta aspek lain yang dapat berkembang kearah yang lebih baik yakni untuk memiliki ilmu pengetahuan yang lebih luas. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian belajar, dapat dilihat dari beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
Chaplin (Ilhamsyah, 2009) mendefinisikan belajar sebagai (1) perolehan dari sebarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku, sebagai hasil dari praktek atau hasil pengalaman, (2) proses mendapatkan reaksi-reaksi, sebagai hasil dari praktek dan latihan khusus. Hal yang sama dikemukakan oleh James O. Whittaker (Ahmadi, 2003:126) belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa kemudian bagaimana informasi itu diproses dalam pikiran siswa. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa sebagai hasil belajar. Gagne (Ardiansyah, 2008:9) menyatakan bahwa untuk terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi external. Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar yang terdahulu. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Ini bertujuan antara lain merangsang ingatan baru, memberikan kesempatan kepada siswa menghubungkan pengetahuan yang telah ada dengan informasi yang baru.
Hamalik (Haling, 2004: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perkembangan dari seseorang yang dinyatakan  dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Selanjutnya Winkel (1989: 15) mengemukakan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu proses siklus yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang bersifat menetap/ konstan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang dilakukan secara keseluruhan dengan kesadaran untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman baru yang ditandai dengan perubahan tingkah laku. Karenanya dapat dikatakan bahwa jika setelah belajar tidak terjadi perubahan belajar pada diri yang bersangkutan, maka tidaklah dapat dikatakan padanya terjadi proses belajar.
2.      Pengertian Matematika
Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.
Untuk mendefinisikan matematika sangatlah sulit,tidak ada definisi matematika yang diterima secara mutlak. Cabang - cabang matematika makin lama makin bertambah. Sampai saat ini, diantara para ahli matematika belum ada kesepakatan yang bulat tentang defenisi matematika. Namun demikian para ahli berusaha memberikan gambaran tentang hakekat matematika termasuk cara pencarian kebenaran dan cara berfikir matematika.
Menurut Dikmenum (Tukiran, 2010: 66) matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika merupaka salah satu kekuatan utama pembentuk konsepsi tentang alam, serta hakekat dan tujuan manusia dalam kehidupan
Matematika itu tidaklah  konkrit, tetapi abstrak. Matematika itu tidak hanya berkaitan dengan bilangan beserta operasi - operasinya tetapi berhubungan pula dengan unsur-unsur lainnya. Matematika tidak dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan kuantitas karena dalam geometri kuantitas kurang mendapat penekanan dibandingkan dengan kedudukannya. Maka yang disepakati hanyalah karakteristiknya.
Hal ini menunjukkan bahwa sasaran matematika lebih dititik beratkan pada ide - ide atau konsep - konsep, teori - teori dan hubungan - hubungan yang diatur secara logis sehingga menimbulkan keterkaitan dengan konsep - konsep abstrak. Matematika merupakan ilmu yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari - hari, walaupun manfaatnya tidak nampak secara konkrit. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu akhirnya masyarakat sadar bahwa kehidupan sehari-hari tidak lepas dari matematika.
3.      Prestasi Belajar Matematika
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 895) prestasi diartikan sebagai yang telah dicapai (telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Menurut Arifin (1991: 3), prestasi berarti hasil usaha. Dalam hubungannya dengan usaha belajar, prestasi berarti hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada kurun waktu tertentu. Prestasi belajar siswa mampu memperlihatkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman dalam bidang ketrampilan, nilai dan sikap. 
Poerwadarminta, (1974: 769) mendefinisikan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu usaha yang dilakukan atau dikerjakan. Defenisi di atas sejalan dengan pendapat Winkel (1986: 102) yang menyatakan bahwa prestasi adalah bukti usaha yang dicapai.
Istilah prestasi selalu digunakan dalam mengetahui keberhasilan belajar siswa di sekolah. Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukan hasil yang tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu.    Prestasi belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstren. Faktor intern merupakan factor - faktor yang berasal atau bersumber dari siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar peserta didik. Faktor intern meliputi prasyarat belajar, yakni pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, keterampilan belajar yang dimiliki oleh siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok mempersiapkan ujian, menindaklanjuti hasil ujian dan mencari sumber belajar, kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, cita-cita, dan hubungannya dengan orang lain. Faktor ekstern antara lain meliputi proses belajar mengajar, sarana belajar yang dimiliki, lingkungan belajar, dan kondisi sosial ekonomi keluarga.
Dalam beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang telah dicapai oleh seseorang sedang prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan merupakan interaksi antara beberapa factor.
4.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Konsep pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bukanlah suatu konsep baru, melainkan telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Pada awal abad pertama, seorang filosofi berpendapat bahwa agar seseorang belajar harus memiliki pasangan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dalam Ismail, 2002: 12).
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen (Ibrahim, 2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :  
Ø  Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
Ø  Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
Ø  Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (1993) dengan tiga langkah yaitu :
1.      Pembentukan kelompok
2.      Diskusi masalah
3.      Tukar jawaban aantar kelompok
Langkah - langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku pakat atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah:
1.      Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2.      Memperbaiki kehadiran
3.      Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4.      Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5.      Konflik antara pribadi berkurang
6.      Pemahaman yang lebih mendalam
7.      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8.      Hasil belajar lebih tinggi
B.     Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan berbagai model pembelajaran.
Dalam pembelajaran matematika, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, karena melihat kondisi siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang disajikan guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya serap cepat dan ada pula siswa yang mempunyai daya tanggap yang lama.
Menyikapi kenyataan ini, penulis menilai perlu digunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT, yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 - 6 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang beragam, ada yang pintar, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal dalam kelompoknya dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa merasa takut salah. Oleh karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul karena semuanya berbaur dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompoknya tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelasVIIIA SMP .................. khususnya pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel, guru perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan tersebut karena daya serap siswa dalam menerima materi pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel tidak sama dan diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama terhadap materi sistem persamaan linear dua variabel dan pada akhirnya prestasi belajar siswa akan lebih baik.
C.    Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
            Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel siswa kelas VIIIA SMP ..................... dapat ditingkatkan”.





BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Tindakan yang diberikan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
B.     Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP .................... pada Semester I (ganjil) dengan jumlah 35 orang.
C.    Faktor yang Diselidiki
Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Faktor Input yaitu kehadiran siswa yang menjadi subjek penelitian.
2.      Faktor proses yaitu aktifitas yang terjadi selama porses pembelajaran berlangsung, yang meliputi:
a.       Siswa yang bertanya materi pelajaran yang belum dimengerti
b.      Siswa yang menjawab pertanyaan lisan guru
c.       Siswa yang menyelesaikan soal di papan tulis
d.      Siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah
e.       Siswa yang aktif pada saat kerja kelompok
f.       Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat kerja kelompok
g.      Siswa yang memberi tanggapan terhadap presentase dari kelompok lain
3.      Faktor output yaitu hasil belajar matematika siswa yang diperoleh pada setiap akhir pembelajaran, setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).
D.    Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.       Lembar observasi, untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan  model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas.
b.      Tes hasil belajar, untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c.       Jurnal refleksi diri, untuk memperoleh data tentang refleksi diri.
E.     Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini, direncanakan terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut:
1.      Tahapan kegiatan awal
a.       Observasi awal
b.      Tes awal: untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami konsep persamaan linear dua variabel sebelum diadakan tindakan, yang nantinya digunakan sebagai nilai awal yang diperlukan dalam pembagian kelompok melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT. Di samping itu, diperlukan dalam pengolahan nilai peningkatan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2.      Perencanaan, adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:
a.       Membuat skenario pembelajaran.
b.      Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di   kelas ketika model pembelajaran kooperatif tipe NHT diaplikasikan.
c.       Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi matematika telah dikuasai oleh siswa.
d.      Membuat jurnal refleksi diri.
3.      Pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat.
4.      Observasi/evaluasi, pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan serta melakukan evaluasi.
5.      Refleksi hasil yang diperoleh dalam tahap observasi/evaluasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Kelemahan-kelemahan/ kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

F.     Teknik Pengumpulan Data
a.       Sumber data: sumber data dalam penelitian ini adalah personil penelitian yang terdiri dari siswa dan guru.
b.      Jenis data: jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dengan alat evaluasi lembar observasi, jurnal refleksi diri dan data kuantitatif diperoleh dengan alat evaluasi hasil belajar.
c.       Cara pengambilan data
Data tentang pelaksanaan pembelajaran serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas, diambil berdasarkan pengamatan langsung dengan menggunakan lembar observasi dan jurnal refleksi diri. Dan data tentang hasil belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar.
G.    Teknik Analisis Data
Data tentang hasil pengamatan mengenai perubahan sikap siswa dianalisis secara kualitatif sedangkan data mengenai hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif. Data hasil belajar yang diperoleh dikategorikan berdasarkan teknik kategori standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Martini, 2005:27). Kategorisasi tersebut adalah:
1.      Nilai    0   -  34        :           dikategorikan “sangat rendah”
2.      Nilai    35 -  54        :           dikategorikan “rendah”
3.      Nilai    55 -  64        :           dikategorikan “sedang”
4.      Nilai    65 -  84        :           dikategorikan “tinggi”
5.      Nilai    85 -  100      :           dikategorikan “sangat tinggi”
H.    Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, yang ditinjau dari hasil tes setiap akhir siklus yakni bila skor rata-rata kemampuan memecahkan masalah matematika siswa mengalami peningkatan.
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar siswa  dari setiap siklus yang ditinjau dari hasil tes setiap akhir siklus mengalami peningkatan skor rata-rata pada siswa kelas VIIIA SMP ...................................... setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).









DAFTAR PUSTAKA
Andi Rusdi. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Di download:http://anrusmath.wordpress.com/2009/11/10/pengembangan
Ariyanto, dkk. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Di download: eprints.ums.ac.id/386/1/5._NINING_S.pdf –
Yusuf, Ahmad. 2006. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas 1 MA. Di download: www.damandiri.or.idfileyusufuns

Tidak ada komentar:

Posting Komentar